KEMITRAAN

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN




   A .    Pengertian Kemitraan
                Istilah kemitraan masih relatif baru di Indonesia. Namun pada kenyataannya praktik kemitraan sudah terjadi sejak zaman dahulu di kehidupan masyarakat yang kita kenal dengan istilah gotong-royong. Kemitraan merupakan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Berikut ini merupakan beberapa pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi :
  • Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
  • Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
  • Kemitraan juga dapat diartikan sebagai  upaya yang melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
  • Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004).


    B .Tujuan Kemitraan
Tujuan dan manfaat dibentuknya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan       saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Selain itu tujuan kemitraan antara lain              yaitu
Ø  Meningkatkan koordinasi/kerjasama baik itu lintas program maupun lintas sektor
Ø  Meningkatkan komunikasi
Ø  Meningkatkan kemampuan bersama dalam mengatasi masalah.
Ø   Meningkatkan komitmen bersama.
Ø  Meningkatkan percepatan pencapaian tujuan bersama dan tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efrktif.

CC. Langkah-langkah Kemitraan
Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan yaitu:
1.   Penjajakan : Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja. Tahapan sebelum melakukan penjajakan adalah identifikasi calon mitra kerja. Tujuan penjajakan ini yaitu untuk mencari pihak-pihak yang memiliki potensi untuk mendukung program yang akan dilaksanakan.
2.  Penyamaan persepsi : Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan awal guna menyamakan persepsi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi agar keberhasilan mencapai tujuan bisa dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Tujuan lain juga agar masing-masing mitra memahami kedudukan serta tupoksi masing-masing secara terbuka.
3.    Pembagian peran : Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran masing-masing mitra beragam namun sama pentingnya. Oleh karena itu perlu dibicarakan secara terbuka dan bersama sebelum menuangkan dalam kesepakatan tertulis.
4. Komunikasi intensif : Komunikasi intensif sangat diperlukan guna mengetahui perkembangan program kemitraan yang sudah terjalin. Komunikasi antarmitra dapat dilakukan secara teratur dan terjadwal. Permasalahan yang muncul dapat segera dipecahkan dengan cara ini.
5.      Pelaksanaa : Pelaksanaan kegiatan haruslah  dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga harus dikomunikasikan secara intensif pada waktu yang telah disepakati sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.
6.   Monitoring dan evaluasi  : Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka kegiatan ini juga disepakati sejak awal. Hal ini mencakup cara monitoring dan juga evaluasi terhadap jalannya kemitraan maupun dalam upayanya mencapai tujuan bersama. Bila dipandang perlu, hasil monev dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan kemitraan. 

   D. Prinsip-prinsip Kemitraan
     Prinsip merupakan  suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam membangun sebuah kemitraan terdapat tiga  prinsip kunci yang perlu dipahami dalam oleh masing-masing aggota kemitraan sehingga mampu mencapai tujuan bersama  (Notoatmodjo, 2012) yaitu:
a.       Kesetaraan/persamaan (Equity)
Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati, sehingga adanya kesetaraan “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu dalam menjalin kemitraan asas demokrasi harus di junjung tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendaknya kepada anggota yang lainnya.
b.      Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c.       Saling Menguntungkan  (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan antar individu, organisasi atau institusi dapat dilihat dari kebersamaan atau sinergi dalam mencapai tujuan. Kegiatan upaya promosi kesehatan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.

    E. Landasan Kemitraan
1.      Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (Structure)
Mejalin kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang untuk mencapai tujuan bersama, sehingga diharapkan setiap anggota mitra memahami kedudukan, peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan tanggungjawab.
2.      Saling memahami kemampuan masing-masing (Capacity)
Saling memahami kemampuan masing-masing anggota. Hal ini perlu disadari walaupun dalam kesetaraan. Bila nantinya masing-masing  mitra diharapkan kontribusinya maka akan ada perbedaan kuantitas maupun kualitas. Hal ini juga dianggap wajar karena prinsip kemitraan adalah “mengambil bagian” dalam upaya pencapaian tujuan.
3.      Saling Menghubungi (Lingkage)
Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menjalin kemitraan. Karena dengan komunikasi yang baik kita dapat membangun hubungan antara anggota mitra. Untuk itu, saluran komunikasi dapat terpelihara terus dan tidak tersumbat di antara masing-masing anggota  yang bermitra. Diupayakan adanya “saling menghubungi” di antara anggota mitra, hal ini bisa dalam bentuk pertemuan atau rapat kemitraan..
4.      Saling Mendekati ( Proximity)
Dalam upaya pertemanan (friendship) kedekatan anggota mitra mutlak diperlukan. Dengan demikian dibangun nilai “saling memahami” atau saling mengenal antara anggota mitra. Karena dengan merasa dekat atau saling mengenal akan membuat kita lebih nyaman dalam bekerjasama sama menjalankan tugas.
5.      Saling membantu dan dibantu (Openes)
Pada dasarnya setiap individu, organisasi atau institusi tidak dapat bekerja sendiri. Apabila terdapat rekan mitra kita yang memerlukan bantuan kita harus senantia ikut membantu. Untuk itu, adanya sikap  saling membantu sangat penting  dalam menjalankan tugas, sehingga kegiatan atau pekerjaan yang kita lakukan lebih efektif apabila dilakukan secara bersama-sama.
6.      Saling Mendukung dan mendorong (Synergy)
Saling mendukung dan mendorong. Dalam beberapa hal bisa saja terjadi anggota mitra mengalami  kurang bersemangat. Namun ada juga anggota yang sangat antusias. Saat inilah dibutuhkan upaya saling mendukung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
7.      Saling Menghargai (Reward)
Di antara anggota mitra seharusnya ada nilai saling menghargai dan toleransi serta memahami suatu perbedaan agar persahabatan atau kemitraan dapat berlangsung lama dan bisa berhasil mencapai tujuan bersama.

F. Pilar-Pilar Kemitraan
Dalam mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan ada tiga institusi kunci organisasi atau unsure pokok yang terlibat di dalamnya. Ketiga institusi tersebut yaitu:
1.      Unsur Pemerintah. Unsur pemerintah terdiri dari berbagai pemerintah yang terkait dengan dengan masalah kesehatan, antara lain kesehatan sebagai kuncinya, pendidikan, pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industri dan perdagangan.
2.      Dunia usaha atau unsur swasta (private sector) atau kalangan bisnis, contonya seperti : dari kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai perusahaan. Salah satu kemitraan dengan dunia usaha/ usaha dapat berbentuk bantuan uang yang berasal dari dana corporate social responsibility (CSR). CSR merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas hidup yang lebih baik, yang bekerjasama  masyarakat dan lingkungan sosial dimana perusahaan itu berdiri. 
3.      Unsur organisasi non pemerintah/ Non Government Organization ( NGO). Unsur oraganisasi non pemerintah meliputi dua unsur pokok yakni: a) unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masa ( Ormas) termasuk yayasan bidang kesehatan. b) Organisasi profesi seperti IDI, PDGI, IAKMI, PPNI dan lain sebagainya.
            Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi  suatu program perlu adanya menjalin kemitraan baik dengan sektor pemerintah, usaha/swasta , organisasi non pemerintah/LSM maupun masyarakat. Selain itu, dalam membangun Good Governance ketiga sektor tersebut memiliki peran yang sangat penting. Sektor pemerintahan lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta lebih banyak berkecipung dan menjadi penggerak aktifitas di bidang ekonomi. Sedangkan sektor masyarakat merupakan objek sekaligus subjek dari sektor pemerintahan maupun swasta, karena di dalam masyarakatlah terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

    G. Model dan jenis Kemitraan
Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang ada, secara umum dikelompokan menjadi dua yaitu :
1      A. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra atau intitusi telah memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. Sifat kemitraan ini juga disebut koalisi. Contohnya Koalisi Indonesia Sehat.  
2       B. Model II
Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap anggota mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Contohnya Gerakan Terpadu Nasional (GERDUNAS), Gebrak Malaria (Rollback Malaria).
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
1.      Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
2.      Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.
3.      Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
4.      Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

    H.   Syarat Kemitraan
       Dalam menjalin kemitraan ada beberapa syarat diantaranya yaitu:
a.       Kesamaan perhatian ( Common interest)
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya informasi dan advokasi secara intensif.
b.      Saling percaya dan saling menghormati
Kepercayaan (trust)  modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya
c.       Harus saling menyadari arti kemitraan
Saling menyadari pentingnya arti kemitraan Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota utk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan  advokasi dan informasi.
d.      Harus ada kesepatan visi,misi, tujuan dan nilai yang sama
Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
e.       Harus berpijak pada landasan yang sama
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan kepada sektor lain bahwa “healtth is not everything, but without health everything is nothing” disini Informasi dan Advokasi sangat penting.
f.       Kesediaannya untuk berkorban
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

I  I. Sistem Kemitraan
     Menjalin kemitraan bukanlah suatu sebagai output atau tujuan, tetapi bukan sebuah proses, namun adalah sebuah sistem. Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Dalam  menjalin kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yaitu :
1.      Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah  sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unsur yang menjalin kemitraan meliputi sumber daya manusia, sumber daya lainnya seperti dana, sistem informasi, teknologi dan lain sebagainya.
2.      Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatan untuk membangun hubungan kemitraan. Kegiatan membangun kemitraan dapat dilakukan melalui sebuah pertemuan dengan tahapan diantaranya:
a)      penjajakan
b)      sosialisasi/advokasi
c)      di bangunnya kesepakatan
d)     pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.
3.      Output
Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja atau networking, aliansi atau forum. Disamping itu pada output kemitraan juga terdapat penguraian tugas, fungsi dan tanggungjawab masing-masing anggota mitra.
4.      Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat, yang merupakan akumulasi dampak dari upaya-upaya lain disamping kemitraan. Contoh dari outcome kemitraan yaitu meningkatnya status gizi balita, meningkatnya cakupan asi eksklusif di masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA
1.      

    Zulkarnain, Febri. 2017. Pelaksanaan Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Dalam Pengelolaan                       Sampah Di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik                  Departemen Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi Negara.
2.      
   Soekidjo, Notoadmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
3.      
   Kuswanti. (2008). Gambaran Umum Kemitraan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta:                   Universitas Indonesia

      Rahajeng, Septiani Dan Manaf Asnawi. 2015. Bentuk-Bentuk Kemitraan Pemerintah, Swasta Dan                  Masyarakat Dalam Upaya Keberlanjutan Program Penataan Lingkungan Permukiman                       Berbasis Komunitas (Studi Kasus: Kabupaten Kendal Dan Kota Pekalongan). Jurusan                       Perencanaan Wilayah Dan Kota,  Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.  Jurnal             Pengembangan Kota (2015) ,Volume 3 No. 2 (112–119). 

   Fatmawati.(2011).  Kemitraan Dalam Pelayanan Publik : Sebuah Penjelajahan Teoritik .  Fakultas                Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259          Makassar 90221.

.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEDIA PROMOSI KESEHATAN  Pengertian Media Promosi Kesehatan promosi kesehatan sebuah ilmu yang memepelajari bagaimana mengg...